Senin, 01 Oktober 2012

GAYA BERPIKIR DAN BELAJAR



Gaya berpikir dan belajar yang dimaksudkan disini bukanlah berupa kemampuan, tapi cara yang disukai untuk menggunakan kemampuan seseorang (Stanberg, 1997). Gaya berpikir dan belajar ini lebih memperkenalkan dua gaya yang telah dikenal secara umum, yaitu reflektif/impulsif dan mendalam atau permukaan.
1.      Gaya Impulsif/Reflektif
Gaya impulsif/reflektif ini disebut juga sebagai kecepatan konseptual, melibatkan kecenderungan siswa untuk bertindak cepat dan secara impulsif atau mengambil lebih banyak waktu untuk melakukan respons dan memikirkan ketepatan sebuah jawaban (kagan, 1965). Siswa impulsif lebih sering melakukan kesalahan daripada siswa reflektif. Selain itu siswa yang reflektif juga memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menentukan tujuan belajar mereka sendiri dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan dibandingkan dengan siswa yang impulsif. Berikut ini adalah beberapa kecenderungan yang lebih dimiliki oleh siswa reflektif daripada siswa impulsif:
a.       Mengingat informasi yang terstruktur
b.      Membaca secara komprehensif dan melakukan interpretasi
c.       Menyelesaikan masalah dan membuat keputusan

2.      Gaya yang Mendalam/Permukaan
Gaya yang mendalam/permukaan melibatkan bagaimana pendekatan siswa-siswa terhadap materi pembelajaran. Siswa-siswa yang metode pembelajarannya menggunakan gaya permukaan, gagal untuk menghubungkan apa yang mereka pelajari kedalam kerangka konseptual yang lebih besar. Mereka cenderung belajar dengan cara yang pasif, sering mengingat informasi diluar kepala. Para pembelajar yang mendalam kemungkinan besar lebih secara aktif membangun apa yang mereka pelajari dan memberikan arti untuk apa yang perlu mereka ingat. Jadi, para pelajar yang mendalam menggunakan pendekatan konstruktivis untuk belajar. Para pelajar yang mendalam kemungkinan besar juga lebih memiliki motivasi diri untuk belajar, sementara pelajar permukaan kemugkinan besar termotivasi untuk belajar karena penghargaan eksternal, seperti nilai dan umpan balik positif dari guru atau orang disekitarnya.
KEPRIBADIAN DAN TEMPERAMEN
Kepribadian
Kepribadian (personality) merujuk pada pemikiran, emosi, dan perilaku tersendiri yang menggambarkan cara individu menyesuaikan diri dengan dunia. Beberapa peneliti telah sepakat bahwa mereka telah mengidentifikasikan “Lima besar” factor kepribadian, yaitu:
1.      Keterbukaan (Openess)
2.      Berhati-hati (Conscientiousness)
3.      Ekstraversi (Extraversion)
4.      Kebaikan (Agreeableness)
5.      Neurotisme (Stabilitas emosional)

Siswa memiliki stabilitas emosiaonal yang berbeda, seberapa ekstrovert atau introvertkah mereka, seberapa hati-hatinya mereka dalam belajar dan lain sebagainya. Sebagian ahli Psikologi berartgumen bahwa jajaran kepribadian itu, disamping mempunyai lima faktor besar diatas, juga mempunyai faktor-faktor lain seperti seberapa positif atau negatifnya siswa tersebut, atau seberapa tegas mereka dalam belajar. Hal ini dituturkan oleh konsep interaksi individu-situasi (person situation iteraction), cara terbaik untuk mengarakterisasikan kepribadian seseorang bukanlah melalui sifat atau karakteristik pribadi saja, tetapi juga situasi yang terlibat. Para peneliti menemukan bahwa para siswa memilih untuk berada dalam beberapa situasi dan dan menghindari suatu situasi yang lain.

Temperamen
Temperamen adalah gaya perilaku dan cara khas pemberian respons seseorang. Dalam hal ini para ahli Psikologi mengelompokkan temperamen siswa dalam tiga (3) kelompok, yakni:
1.      Anak yang mudah
Anak dalam kelompok mudah ini umumnya berada dalam suasana hati yang positif, dengan cepat membentuk rutinitas tetap dimasa kecil, dan dengan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.
2.      Anak yang sulit
Bereaksi secara negative dan sering menangis, terlibat dalam rutinitas harian yang tidak tetap, serta pelan menerima perubahan. Anak dalam gaya temperamen yang sulit ini juga biasanya mempunyai kecenderungan agresif dan kurang memiliki pengendalian diri.
3.      Anak yang lambat
Mempunyai tingkat aktivitas yang rendah, agak negative dan menunjukkan intensitas suasana hati dan juga adabtabilitas yang redah.

Menurut Mary Robert dan John Bates (1998, 2006) menekankan bahwa tiga dimensi umum yang mewakili apa yang telah ditemukan para peneliti untuk menggambarkan struktur temperamen. Tiga dimensi tersebut adalah:
1.      Ekstraversi/surgency, yang mencangkup partisipasai yang positif, impulsivitas, tingkat aktivitas, dan pencarian sensasi.
2.      Afektifitas yang negatif, mencangkup rasa takut, frustasi, kesedihan dan kegelisahan. Anak-anak dalam golongan ini mudah sekali merasa menderita, rewel serta menangis.
3.      Kontrol yang penuh dengan usaha (pengaturan diri), mencangkup peralihan dan pengfokusan perhatian, kendali yang melarang, sensivitas persepsi dan kesenangan intensitas rendah. Anak-anak yang memiliki kontrol dengan usaha yang rendah sering tidak mampu mengendalikan emosi mereka, mereka mudah terganggu dan menjadi emosional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar