Gaya
berpikir dan belajar yang dimaksudkan disini bukanlah berupa kemampuan, tapi
cara yang disukai untuk menggunakan kemampuan seseorang (Stanberg, 1997). Gaya
berpikir dan belajar ini lebih memperkenalkan dua gaya yang telah dikenal
secara umum, yaitu reflektif/impulsif dan mendalam atau permukaan.
1.
Gaya
Impulsif/Reflektif
Gaya
impulsif/reflektif ini disebut juga sebagai kecepatan konseptual, melibatkan
kecenderungan siswa untuk bertindak cepat dan secara impulsif atau mengambil
lebih banyak waktu untuk melakukan respons dan memikirkan ketepatan sebuah
jawaban (kagan, 1965). Siswa impulsif lebih sering melakukan kesalahan daripada
siswa reflektif. Selain itu siswa yang reflektif juga memiliki kemungkinan yang
lebih besar untuk menentukan tujuan belajar mereka sendiri dan berkonsentrasi
pada informasi yang relevan dibandingkan dengan siswa yang impulsif. Berikut
ini adalah beberapa kecenderungan yang lebih dimiliki oleh siswa reflektif
daripada siswa impulsif:
a. Mengingat
informasi yang terstruktur
b. Membaca
secara komprehensif dan melakukan interpretasi
c. Menyelesaikan
masalah dan membuat keputusan
2.
Gaya
yang Mendalam/Permukaan
Gaya
yang mendalam/permukaan melibatkan bagaimana pendekatan siswa-siswa terhadap
materi pembelajaran. Siswa-siswa yang metode pembelajarannya menggunakan gaya
permukaan, gagal untuk menghubungkan apa yang mereka pelajari kedalam kerangka
konseptual yang lebih besar. Mereka cenderung belajar dengan cara yang pasif,
sering mengingat informasi diluar kepala. Para pembelajar yang mendalam
kemungkinan besar lebih secara aktif membangun apa yang mereka pelajari dan
memberikan arti untuk apa yang perlu mereka ingat. Jadi, para pelajar yang
mendalam menggunakan pendekatan konstruktivis untuk belajar. Para pelajar yang
mendalam kemungkinan besar juga lebih memiliki motivasi diri untuk belajar,
sementara pelajar permukaan kemugkinan besar termotivasi untuk belajar karena
penghargaan eksternal, seperti nilai dan umpan balik positif dari guru atau
orang disekitarnya.
KEPRIBADIAN DAN TEMPERAMEN
Kepribadian
Kepribadian
(personality) merujuk pada pemikiran, emosi, dan perilaku tersendiri yang
menggambarkan cara individu menyesuaikan diri dengan dunia. Beberapa peneliti
telah sepakat bahwa mereka telah mengidentifikasikan “Lima besar” factor
kepribadian, yaitu:
1. Keterbukaan
(Openess)
2. Berhati-hati
(Conscientiousness)
3. Ekstraversi
(Extraversion)
4. Kebaikan
(Agreeableness)
5. Neurotisme
(Stabilitas emosional)
Siswa memiliki
stabilitas emosiaonal yang berbeda, seberapa ekstrovert atau introvertkah
mereka, seberapa hati-hatinya mereka dalam belajar dan lain sebagainya.
Sebagian ahli Psikologi berartgumen bahwa jajaran kepribadian itu, disamping
mempunyai lima faktor besar diatas, juga mempunyai faktor-faktor lain seperti
seberapa positif atau negatifnya siswa tersebut, atau seberapa tegas mereka
dalam belajar. Hal ini dituturkan oleh konsep interaksi individu-situasi
(person situation iteraction), cara terbaik untuk mengarakterisasikan
kepribadian seseorang bukanlah melalui sifat atau karakteristik pribadi saja,
tetapi juga situasi yang terlibat. Para peneliti menemukan bahwa para siswa
memilih untuk berada dalam beberapa situasi dan dan menghindari suatu situasi
yang lain.
Temperamen
Temperamen adalah gaya perilaku dan
cara khas pemberian respons seseorang. Dalam hal ini para ahli Psikologi
mengelompokkan temperamen siswa dalam tiga (3) kelompok, yakni:
1. Anak
yang mudah
Anak
dalam kelompok mudah ini umumnya berada dalam suasana hati yang positif, dengan
cepat membentuk rutinitas tetap dimasa kecil, dan dengan mudah beradaptasi
dengan pengalaman baru.
2. Anak
yang sulit
Bereaksi
secara negative dan sering menangis, terlibat dalam rutinitas harian yang tidak
tetap, serta pelan menerima perubahan. Anak dalam gaya temperamen yang sulit
ini juga biasanya mempunyai kecenderungan agresif dan kurang memiliki
pengendalian diri.
3. Anak
yang lambat
Mempunyai
tingkat aktivitas yang rendah, agak negative dan menunjukkan intensitas suasana
hati dan juga adabtabilitas yang redah.
Menurut
Mary Robert dan John Bates (1998, 2006) menekankan bahwa tiga dimensi umum yang
mewakili apa yang telah ditemukan para peneliti untuk menggambarkan struktur
temperamen. Tiga dimensi tersebut adalah:
1. Ekstraversi/surgency,
yang mencangkup partisipasai yang positif, impulsivitas, tingkat aktivitas, dan
pencarian sensasi.
2. Afektifitas
yang negatif, mencangkup rasa takut, frustasi, kesedihan dan kegelisahan.
Anak-anak dalam golongan ini mudah sekali merasa menderita, rewel serta
menangis.
3. Kontrol
yang penuh dengan usaha (pengaturan diri), mencangkup peralihan dan pengfokusan
perhatian, kendali yang melarang, sensivitas persepsi dan kesenangan intensitas
rendah. Anak-anak yang memiliki kontrol dengan usaha yang rendah sering tidak
mampu mengendalikan emosi mereka, mereka mudah terganggu dan menjadi emosional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar